Kalau kita menengok masa lampau, sebelum muncul TV dengan teknologi modern seperti sekarang, kita mengalami era pertelivisian dengan layar tabung hitam putih. Mungkin diantara kita ada yang pernah 'menikmati' masa itu, atau hanya orang tua kita yang mengalaminya.
Kala itu televisi adalah barang mewah, jarang ada yang mampu membelinya. Dalam satu kampung hanya beberapa orang saja yang mempunyai, sehingga satu TV ditonton beramai-ramai, banyak tetangga yang berdatangan. Dan tempat menonton paling favorit biasanya di balai desa karena lebih bebas. Bawa sarung, jalan becek tak masalah, berangkat selepas maghrib, oke..
Lha, televisi hitam putih itu pakai listrik juga ya, atau pakai baterai ??
Ada dua macam sumber listrik untuk menyalakan televisi hitam putih.
Pertama, menggunakan listrik PLN. Tapi tahukah bahwa jaman itu listrik PLN belum merata di seluruh daerah?
Jadi menggunakan alternatif kedua yaitu accu atau aki. Pada pesawat televisi hitam putih ada yang sudah dibuat 2 macam jalur untuk sumber listriknya dan tinggal pakai, yaitu PLN dan aki, ada yang masih harus dimodifikasi sendiri ke tukang service.
Setrum pada aki bisa habis, dan harus diisi ulang / charge. Tergantung berapa jam pemakaian, biasanya aki sudah harus dicharge ulang setelah dipakai 4-5 hari. Pengisian aki membutuhkan waktu minimal 12 jam. Jadi kalau aki sedang dicharge tidak bisa menonton acara televisi. Wah, repot juga ya..
Kini, TV hitam putih menjadi barang langka, barang antik dan hanya para kolektor yang memiliki.
Tetapi bagi yang kreatif, memanfaatkan tv model langka ini bisa menjadikan daya tarik. Bisa saja pemilik kafe-kafe yang bertema tempo doeloe bisa memajang tv model ini sehingga menambah kesan kuno.
Atau kalau desain rumah anda temanya ' jaman nenek moyang' dulu, dengan TV jadul ini menjadikan rumah lebih 'hidup'.
Kala itu televisi adalah barang mewah, jarang ada yang mampu membelinya. Dalam satu kampung hanya beberapa orang saja yang mempunyai, sehingga satu TV ditonton beramai-ramai, banyak tetangga yang berdatangan. Dan tempat menonton paling favorit biasanya di balai desa karena lebih bebas. Bawa sarung, jalan becek tak masalah, berangkat selepas maghrib, oke..
TV Hitam Putih |
Lha, televisi hitam putih itu pakai listrik juga ya, atau pakai baterai ??
Ada dua macam sumber listrik untuk menyalakan televisi hitam putih.
Pertama, menggunakan listrik PLN. Tapi tahukah bahwa jaman itu listrik PLN belum merata di seluruh daerah?
Jadi menggunakan alternatif kedua yaitu accu atau aki. Pada pesawat televisi hitam putih ada yang sudah dibuat 2 macam jalur untuk sumber listriknya dan tinggal pakai, yaitu PLN dan aki, ada yang masih harus dimodifikasi sendiri ke tukang service.
Setrum pada aki bisa habis, dan harus diisi ulang / charge. Tergantung berapa jam pemakaian, biasanya aki sudah harus dicharge ulang setelah dipakai 4-5 hari. Pengisian aki membutuhkan waktu minimal 12 jam. Jadi kalau aki sedang dicharge tidak bisa menonton acara televisi. Wah, repot juga ya..
Kini, TV hitam putih menjadi barang langka, barang antik dan hanya para kolektor yang memiliki.
Tetapi bagi yang kreatif, memanfaatkan tv model langka ini bisa menjadikan daya tarik. Bisa saja pemilik kafe-kafe yang bertema tempo doeloe bisa memajang tv model ini sehingga menambah kesan kuno.
Atau kalau desain rumah anda temanya ' jaman nenek moyang' dulu, dengan TV jadul ini menjadikan rumah lebih 'hidup'.